إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و
سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.
Amma ba’du
Kaum muslimin jamaah Jumat yang
dirahmati Allah.
Hendaklah kita senantiasa bertakwa
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hendaklah kita khawatir dengan
suatu hari dimana tidak ada seorang pun yang bisa menolong orang lain selain
amalannya. Kala itu, amallah yang menjadi penentu kebahagiaan atau kesengsaraan
seseorang, jika dia beruntung maka kebahagiaan abadi akan menjadi miliknya.
Sebaliknya jika merugi, maka kesengsaraan tak terperikan akan menimpa.
Saudaraku rahimanillahi wa iyyakum.
Saudaraku rahimanillahi wa iyyakum.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mengutus Rasul-Nya yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada kita sebagai pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, menyeru ke jalan
Allah dan sebagai pelita penerang jalan. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga
sudah menurunkan Alquran kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai cahaya penerang, tidak ada kebaikan dan keutamaan yang tersisa
kecualitelah ditunjukkannya, serta tidak ada keburukan yang terlupakan
melainkan semuanya telah diperingatkan. Allah Ta’ala berfirman,
مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ
شَيْءٍ
“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun
dalam al-Kitab.” (QS. Al-An’am: 38)
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ
تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab
(Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ
الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ
النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ، اِسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ،
وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى
حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ
حِمَى، أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ، أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ
مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya yang halal itu jelas,
dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara
syubhat (samar, belum jelas) yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Maka
barangsiapa yang menjaga (dirinya) dari syubhat, ia telah berlepas diri (demi
keselamatan) agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalam
syubhat, ia pun terjerumus ke dalam (hal-hal yang) haram. Bagaikan seorang
penggembala yang menggembalakan hewan ternaknya di sekitar kawasan terlarang,
maka hampir-hampir (dikhawatirkan) akan memasukinya. Ketahuilah, sesungguhnya
setiap penguasa (raja) memiliki kawasan terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya
kawasan terlarang Allah adalah hal-hal yang diharamkanNya. Ketahuilah,
sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging
tersebut baik, (maka) baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging
tersebut buruk, (maka) buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging
itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain:
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah mewajibkan perkara fardhu, maka janganlah kalian sia-siakan!
Dan telah membuat batas-batas, maka janganlah kalian langgar! Allah telah
mengharamkan beberapa hal, maka janganlah kalian langgar! Dan Allah diam
tentang hukum beberapa hal sebagai bentuk kasih sayang, maka janganlah kalian
bertanya tentangnya.”
Saudaraku rahimanillahu wa iyyakum
Jika kita sudah mengetahui hak-hak
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib kita tunaikan begitu juga hak-hak
lainnya, maka wajiblah bagi kita untuk ekstra dalam menginstrospeksi diri kita
terus-menerus. Dengan harapan hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan. Orang
yang senantiasa merasa dalam pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
merasa takut akan adzab-Nya dalam semua perbuatan yang dia lakukan ataupun yang
dia tinggalkan, maka dia jarang sekali berbuat salah saat menunaikan kewajiban
dan dia kan menahan diri dari hal-hal yang diharamkan serta berusaha menunaikan
kewajibannya kepada orang lain. Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ
رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا
وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ
يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang
beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, orang-orang yang tidak mempersekutukan
dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang
telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera
untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera
memperolehnya.” (QS. Al-Mukminun: 57-61)
Orang yang senantiasa menghadirkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam dirinya, mengintrospeksi diri dan menekan
nafsu agar melaksanakan amalan-amalan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah
dan menghindari dosa, maka hatinya akan baik serta baik pula hasil akhirnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naziat: 40-41)
Dia juga akan senantiasa bersabar
dalam beribadah kepada Allah, sebagai wujud ketaatan kepada firman Allah Ta’ala,
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ
سَمِيًّا
“Tuhan (yang menguasai) langit dan
bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang
sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam: 65)
Dan firman-Nya,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ
وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)
Dan dalam rangka meniru salaf
ash-shalih (generasi awal Islam) yang senantiasa menjaga ibadahnya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudaraku rahimanillahu wa iyyakum.
Orang yang senantiasa mengoreksi
dirinya, dia akan banyak memiliki kebaikan dan sedikit keburukan. Dia akan
datang menemui Rabbnya dalam keadaan ridha dan diridhai, dia akan dimasukkan ke
dalam surga bersama para nabi, shiddiqin, para syuhada, orang-orang shaleh, dan
mereka itulah sebaik-baik teman. Oleh karena itu wahai saudaraku, hendaklah
kita mengoreksi diri, bermuhasabah, dalam setiap kalimat yang kita ucapkan.
Karena Allah berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaf: 18)
Hendaklah kita selalu bermuhasabah
dalam segala tindakan kita, karena
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Kita harus mengoreksi diri kita
dalam setiap niatan dan hal-hal yang berkecamuk dalam dada kita. Karena Allah
berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ
مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ
“Dan ketahuilah bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya.” (QS.
Al-Baqarah: 235)
Saudaraku, janganlah kita lancang,
hendaklah kita bertanya kepada para ulama tentang hukum suatu amalan, baru kita
tindak lanjuti dengan mengamalkan dan mendakwahkannya. Allah Ta’ala
mengingatkan,
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ
كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“…maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Jika setiap muslim saat mendapatkan
sesuatu yang belum jelas hukumnya, lalu dia menanyakan kepada dirinya
namun dia tidak mengetahui hukum permasalahan itu, maka hendaklah ia
meninggalkannya, tidak memaksakan untuk mengamalkannya apalagi mendakwahkannya.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْبِرُّ مَااطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ
النَّفْسُ وَ اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ
وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Kebaikan itu yaitu sesuatu disenangi
jiwa dan hati sedangkan dosa yaitu sesuatu yang bergolak dalam jiwa, ragu-ragu
serta engkau tidak suka dilihat oleh orang (saat melakukannya).
Yang dimaksud dengan kata nafsun (jiwa)
dalam hadis di atas adalah jiwa yang muthmainnah. Jiwa yang cinta kepada apa
yang dicintai Allah dan benci kepada apa yang Allah benci. Jiwa yang percaya
penuh kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya dalam segala urusan.
Sedangkan hati yang dimaksudkan
dalah hadis ini adalah hati yang selamat dari hal-hal syubhat dan syahwat.
Inilah hati yang dapat mengidentifikasi kebaikan dan keburukan saat terjadi
kesamaran. Adapun jiwa yang sakit, yang terinfeksi syubhat dan syahwat, maka
tidak ada lagi perkara yang rancu baginya. Jiwa yang demikian akan membenci apa
yang Allah cintai, dan mencintai apa yang Allah benci. Dengan demikian tidak
ada lagi yang membendungnya dari perbuatan haram. Allah berfirman,
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ
زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ
تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي
الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
“Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat
yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta´wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta´wilnya melainkan Allah. Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 7)
Saudaraku rahimanillahu wa iyyakum
Bermuhasabah serta berpegang teguh
dengan sunnah merupakan jalan selamat. Adapun orang yang mengekor kepada hawa
nafsunya dan melepaskannya tanpa kendali, maka sungguh buruk akibat yang akan
menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ وَآثَرَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
“Adapun orang yang melampaui batas,
dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Naaziat: 37-39)
Semoga Allah memberikan kekuatan
kepada kita untuk senantiasa mengoreksi diri kita, memuhasabah diri kita.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلهَ إلا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Saudaraku rahimanillahu wa iyyakum
Kondisi kaum muslimin saat ini
menuntut kita untuk berpikir dan terus berpikir. Saat musuh-musuh Allah
memporak-porandakan barisan kaum muslimin, pada saat yang sama mereka dalam
susah dan sengsara. Kita pun sudah tahu faktor utamanya yaitu karena
meninggalkan syariat Allah. Maka saudaraku, langkah pertama untuk memperbaiki
kondisi kaum muslimin secara umum adalah memperbaiki individu. Dengan cara
senantiasa mengintrospeksi diri sebelum tiba saat dihisab oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Yang Maha Adil. Hendaklah kita mengintrospeksi diri kita, kita
bertanya kepada diri kita masing-masing; amalan shalih apa yang telah kita
perbuat untuk Islam? Sudahkan kita ini termasuk orang-orang yang
senantiasamenghormati dan mengagungkan syariat Allah Ta’ala? Apakah kita
ini termasuk orang-orang yang senantiasa menjauhi larangan-larangan serta hal
yang mendatangkan murka Allah?
وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ
فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ
“Dan barangsiapa mengagungkan
apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi
Tuhannya.” (QS. Al-Hajj: 30)
Kemudian juga, sudahkah kita
termasuk orang-orang yang senantiasa mengagungkan sunnah-sunnah Nabi-Nya dengan
cara mengikuti dan mengajarkan sunnahnya? Apakah hak-hak kedua orang tua kita
sudah kita tunaikan atau bagaimana? Adakah kita ini masuk ke dalam golongan orang-orang
yang senantiasa bertaubat? Sudah kita senantiasa berusaha menambah ilmu kita
dengan terus belajar dan belajar?
Saudaraku rahimanillahu waiyyakum.
Sesungguhnya Allah Ta’ala
telah mewajibkan kita untuk menjumpainya di akhirat dengan amal perbuatan,
bukan hanya sekedar pengakuan yang hampa dari bukti. Allah Subhanahu wa
Ta’ala mewajibkan kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan ikhlas
serta penuh ketundukan. Dan sesungguhnya akan memuliakan orang-orang yang
memuliakan-Nya dan menghinakan orang yang menghinakan-Nya.
Saudaraku, rahimanillahu waiyyakum.
Sungguh introspeksi diri yang
dilakukan oleh seseorang, baik dalam perbuatan yang kecil ataupun yang besar
sambil terus berpegang dengan sunnah merupakan jalan selamat yang akan
menghantarkan kepada keridhaan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ
ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (QS.
Al-Hasyr: 18)
Dalam hadis, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ
وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكَ الْمُؤْمِنُ
“Siapa yang kebaikannya
menggembirakannya dan kejelekannya menyusahkannya, maka dia adalah seorang
mukmin.” (HR. Thabrani)
Semoga Allah menjadikan kita semua
termasuk orang-orang beriman yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari
akhir.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ، وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَعَوَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ
نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا
طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ
مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله رب
العالمين
Sumber: Majalah As-Sunnah
Edisi 05/X/1427 H/2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar