ALIRAN
PROGRESIVISME DAN PENDIDIKAN

Disusun
oleh:
Icih
sopiyati
Ida
rosihah
Intan
rahmania
3b
pgsd
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitan Sultan Ageng Tirtayasa
ALIRAN
PROGREVISME DAN PENDIDIKAN
A.Pengertian
dan Sejarah munculnya Filsafat Progresivisme
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau bidang muatan. Progravisme mempunyai konsep yang didasari oleh
pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan
yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah- masalah yang bersifat menekan
atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Oleh karena itu, kemajuan atau
progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan
yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari
kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. Tidak pernah sampai pada
yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang
terus karena adanya pengalamanpengalaman baru antara individu dengan nilai yang
telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf
kehidupan social yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme
merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar
pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia
nyata” dan juga pengalaman teman sebaya. Aliran progesivisme telah memberikan
sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan
dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan
kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan
yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh
orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan
yang otoriter. Kita telah ketahui bahwa menurut aliran ini kehidupan manusia berkembang
terus menurus dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang
belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik
bukanlah dipersiapkan untuk menghidupi masa kini, melainkan mereka harus
dipersiapkan menghadapi kehidupan masa yang akan datang. Permasalahan hidup
masa kini tidak akan sama dengan
permasalahan
hidup masa yang akan datang. Untuk itu, peserta didik harus diperlengkapi
dengan strategi-strategi untuk menghidupi masa yang akan datang dan pemecahan
masalah yang memungkinkan mereka akan mengatasi permasalahan-permasalahan baru
dalam kehidupan. Progresivisme bukan
merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
malainkan merupakan aliran suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan tahun
1918. Selama 20 tahun menjadi gerakan yang sangat kuat di Amerika Serikat
banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini. Gerakan progeresik terkenal
luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang
membosankan, yang menekankan disiplin keras belajar pisik dan banyak hal-hal
kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.
Pengaruh
progresivisme terasa di seluruh dunia, terlebih-lebih di Amerika Serikat. Usaha
pembaharuan di dalam lapangan pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran
progresivisme ini. John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan
sosialisasi maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapatmengambil
kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik
tidak cukup di sekolah saja. Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah
yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah
adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan
pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah
di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus
menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang
apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah,
fisafat progesivisme menghendaki sistem pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah
sambil berbuat” atau learning by doing.
Progresivisme
menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan
hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar
peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan
penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan. Biasanya
aliran progresivisme ini di hubungkan dengan pandangan hidup liberal (the
liberal road to), dan culture. Maksudnya adalah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut; fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat
oleh suatu doktrin tertentu), curios (ingin mengetahui, ingin menyelidiki),
toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
Sejarah
mengatakan perkembangan aliran Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran
yang baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis
perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba.
Misalnya Hiraclitus (544 ), Socrates (469), Protagoras (480) dan Aristoteles.
Mereka pernah mengemukakan pendapat yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur
yang ikut menyebabkan sikap jiwa yang disebut pragmatisme-Progresivisme. Heraclitus mengemukakan bahwa sifat yang utama dari
realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap didunia ini, semuanya
berubahubah, kecuali asa perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan
epsitemologi dan aksiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk
kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan
yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan. Ia percaya
bahwa manusia sanggup melakukan baik. Protagoras mengajarkan bahwa kebenaran
dan norma atau nilai tidak bersifat mutlak, melainkan relatif, yaitu bergantung
pada waktu dan tempat. Sedangkan Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi
(jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Kemudian
sejak abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel dapat
disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran Progresivisme.
Francis Bacon memberikna sumbangan dengaan model
undangan ke dua puluh satu model undangan ke
dua puluh dua model undangan ke dua puluh tiga
usahanya memperbaiki dan memperhalus metode ilmiah dalam pengetahuan alam.
Locke dengan ajarannya tentang kebebasan politik. Rousseau dengan keyakinannya
bahwa kebaikan berada didalam manusia karena kodrat yang baik dari para
manusia. Kant memuliakan manusia, menjunjung tinggi akan kepribadian manusia,
memberi martabat manusia suatu kedudukan yang tinggi. Hegel mengajarkan bahwa
alam dan masyarakat bersifat dinamis, selamanya berada dalam keadaan bergerak,
dalam proses perubahan dan penyesuaian yang tak ada hentinya.
Dalam
abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak terdapat di Amerika
Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada
Progresivisme karena kepercayaan mereka pada demokrasi dan penolakan terhadap
sikap yang dogmatis, terutama dalam agama. Charles S. Peirce mengemukakan teori
tentang pikiran dan hal berfikir “pikiran itu hanya berguna bagi
manusia apabila pikiran itu bekerja yaitu memberikan pengalaman (hasil)
baginya. Fungsi berfikir adalah membiasakan manusia untuk berbuat. Perasaan dan
gerak jasmaniah adalah manifestasi dari aktifitas manusia dan keduanya itu
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berfikir. B. Tokoh-tokoh aliran Filsafat
Progresivisme Ada beberapa tokoh progresivisme yang berperan penting dalam mengembangkan
aliran ini, antara lain :
1.
William James (1842 –1910)
William
James seorang psychologist dan seorang filosuf Amerika yang sangat terkenal.
Paham dan ajarannya demikian pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai
negara Eropa dan Amerika. Meskipun demikian dia sangat pandai berceramah
dibidang filsafat, juga terkenal sebagai pendiri Pragmatisme. James
berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari
mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas
dasar ilmu perilaku. Buku karangannya yang berjudul Principles of Psychology yang
terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan
cepat menjadi buku klasik dalam bidang itu, hal inilah yang mengantar William
James terkenal sebagai ahli filsafat Pragmatisme dan Empirisme radikal. Demikian
pula kepribadiannya sangat berpengaruh diberbagai Negara Eropa dan Amerika.
Meskipun demikian dia sangat terkenal dikalangan umum Amerika sebagai penulis
yang sangat brilian, dosen serta penceramah dibidang filsafat, juga terkenal
sebagai pendiri Pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran,
seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan
nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya
di atas dasar ilmu perilaku.
2.
John Dewey (1859 - 1952)
John
Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika).
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih
menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.
Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan
"Child
Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding
masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya
"My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan
dan bukan persiapan masa yang akan datang. Dewey mengembangkan pragmatisme
dalam bentuknya yang orisinil, tapi meskipun demikian, namanya sering pula
dihubungkan terutama sekali dengan versi pemikiran yang disebut
instrumentalisme. Adapun ide filsafatnya yang utama, berkisar dalam hubungan
dengan problema pendidikan yang konkret, baik teori maupun praktik. reputasi
(nama baik) internasionalnya terletak dalam sumbangan pikirannya terhadap
filsafat pendidikan Progressivisme Amerika. Dewey tidak hanya berpengaruh dalam
kalangan ahli filsafat profesional, akan tetapi juga karena perkembangan idenya
yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik dan
ilmu jiwa. Dia adalah juru bicara yang sangat terkenal di Amerika Serikat dari
cara-cara kehidupan demokratis. Diantara karya-karya Dewey yang dianggap
penting adalah Freedom and Cultural, Art and Experience, The Quest of Certainty
Human Nature and Conduct (1922), Experience and Nature (1925), dan yang paling
fenomenal adalah Democracy and Education(1916).
3.
Hans Vaihinger (1852-1933)
Hans
Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satusatunya ukuran bagi berpikir
ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian
di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian
itu berguna. Untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu
saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
B.
Pandangan Filsafat Progresivisme tentang Pendidikan
Dasar
filosofis dari aliran progresivisme adalah Realisme Spiritualistik dan
Humanisme Baru. Realisme spiritualistik berkeyakinan bahwa gerakan pendidikan
progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari
Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak. Sedangkan
Humanisme baru menekankan pada penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia
sebagai individu. Dengan demikian orientasinya individualistik. Ada beberapa
pandanagan filsafat progresivisme, antara lain :
1.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut pandangan aliran ini adalah pendidikan harus memberikan
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berintraksi dengan lingkungan
yang berada dalam proses perubahan secara terus menerus. Yang dimaksud dengan
alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah yang dapat digunakkan individu
untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan bertujuan
agar peserta didik memilki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga
bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang demokratis. Proses
belajar mengajar terpusatkan pada prilaku dan disiplin diri. Tujuan keseluruhan
pendidikan sendiri adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat
dan minat setiap anak. Agar dapat bekerja siswa diharapkan memiliki
keterampilan, alat dan pengalaman sosial, dan memiliki pengalaman problem
solving.
2.
Kurikulum Pendidikan
Kalangan
progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbusekolah (child-centered).
Mereka lalu berupaya mengembangkan
kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan,
dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman
belajar. Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum progresivisme adalah
kurikulum yang tidak baku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah
kurikulum yang berpusat pada pengalaman. Sains sosial sering dijadikan pusat
pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan
masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan
alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan
mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya. Akhirnya, ini akan
membantu anak (subjek didik) mengembangkan keterampilan-keterampilan pemecahan
masalah dan membangun informasi yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan
sosial.[19] Kurikulum disusun dengan
pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial, selain social
sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalamanpengalaman siswa
dan dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek.
Sekolah
yang baik itu adalah sekolah yang dapat memberi jaminan para siswanya selama
belajar, maksudnya yaitu sekolah harus mampu membantu dan menolong siswanya
untuk tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk para
siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan
tanggung jawab kepala sekolah. Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat
fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan
untuk diperiksa setiap saat. Sikap progressvisme, memandang segala sesuatu berasaskan
fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat yang sejenis, tercermin dalam
pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental
dan adanya rencana dan susunan yang teratur. Menurut Progresivisme, Kurikulum
hendaknya : Tidak universal melainkan berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang
ada Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap
peserta didik) atau chil centered. Berbasis pada masyarakat. Bersifat fleksibel
dan dapat berubah atau direvisi.
3.
Metode Pendidikan
Metode
pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya
adalah :
Metode Pendidikan Aktif, Pendidikan progresif lebih berupa penyediaan
lingkungan
dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada
setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Mengikuti proses kegiatan anak belajar
sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya
memperlancar berlangsung kegiatan belajar tersebut.
Metode Penelitian Ilmiah, Pendidikan progresif merintis digunakannya metode
penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
Pemerintahan Pelajar, Pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelejar
dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Pendidikan Progresif mengupayakan adanya
kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengekspresikan secara alamiah semua minat
dan kegiatan yang diperlukan anak.
Sekolah Sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan, Sekolah tidak hanya tempat
untuk belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratoriun dan pengembangan
gagasan baru pendidikan.
4.
Pendidikan
Progrisivisme
di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah
memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Menurut
progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman
yang terus-menerus. Progresivisme
menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu :
Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk kehidupan.
Belajar harus langsung berhubungan dengan minat anak.
Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan
pelajaran.
Guru berperan sebagai pemberi advise, bukan untuk mengarahkan.
Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi.
Demokrasilah satu-satunya yang memberi tempat dan menggerakkan pribadi-pribadi
saling tukar menukar ide secara bebas, yang diperlukan untuk pertumbuhan
sesungguhnya.
5.
Pelajar
Kaum
progresif menganggap subjek-subjek didik adalah aktif, bukan pasif, sekolah
adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, aktifitas ruang kelas
difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada
situasi yang kooperatif dan demokratis. Mereka menganut prinsip pendidikan
perpusat pada anak (child-centered). Mereka menganggap bahwa anak itu unik.
Anak adalah anak yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak mempunyai alur
pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan
kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.
6.
Pengajar (guru)
Guru
dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai :
Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran
proses belajar sendiri siswa.
Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar
sendiri.
Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah
yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman
yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan
siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik.
D.
Pandangan Umum Filsafat Progresivisme
1.
Pandangan secara Ontologi
Asal
Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak
terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan
manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan
lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati, Pengalaman adalah suatu
sumber evolusi, yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari
yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang
lama). Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan.
Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan,
perubahan dan berani bertindak. Ontology progresivisme mengandung pengertian
dan kualitas evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri
dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan. Sifat-sifat
pengalaman :
Pengalaman itu dinamis adalah dalam kehidupan terjadi perubahan yang terjadi
terus menerus.
Pengalaman
itu temporal adalah terjadi perubahan dan perbedaan pengalaman dari waktu kewaktu.
Pengalaman itu spatial adalah terjadi disuatu tempat dalam lingkungan manusia.
Pengalaman itu pluralistis yaitu pengalaman itu terjadi seluas adanya interaksi
sedalam individu terlibat.
2.
Pandangan secara Epistemologi
Pengetahuan
adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang terakumulasi
dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan diperoleh
manusia baik seeara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala
realita dalam lingkun hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui
catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu.
Epistimologi mengkaji tentang teori-teori pengetahuan, menangani persoalan
tentang sifat dasar pengetahuan manusi. Makin
sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita
dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi tuntutan masa depan.
Pengetahuan harus disesuaikan dimodifikasi dengan realita baru di dalam
lingkungan. Kebenaran dan kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah
(sekuen dan pada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya guna. Ada tiga hal
yang dibicarakan dalam Epistimologi Filsafat yaitu :
Objek filsafat (yang dipikirkan)
Cara memperoleh pengetahuan filsafat
Ukuran kebenaran (pengetahuan ) filsafat.
Objek Filsafat
Tujuan
berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Susunan
hasil pemikiran disebut Sistematika Filsafat atau Struktur Filsafat yang
terdiri atas ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Isi setiap cabang filsafat
ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan). Jika memikirkan
pendidikan, jadilah filsafat pendidikan, dan seterusnya. Objek penelitian
filsafat lebih luas dari objek penelitian sain sebab filsafat meneliti objek
yang Ada dan mungkin ada.
Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat
ialah berfirkir, dan berfikir itu menggunakan akal. Dari sini timbul masalah
apa itu“akal“. Akal ini diperdebatkan oleh ahli akal (Locke,Voltaire, Will
Durant, David Hume,dan sebagainya dan orang –orang yang secara intesif
mengunakan akalnya.Untuk itu mereka menerima bahwa “bahwa akal itu ada”, dan ia
bekerja berdasarkan suatu cara yang tidak begitu kita kenal. Aturan
kerjanyadisebut “ logika “. Sejauh akal itu bekerja menurut aturan logika,
agaknya kita dapat menerima kebenarannya. Kerja akal yaitu berfikir mendalam,
menghasilkan filsafat.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan
filsafat merupakan pengetahuan yang logis. Ukuran kebenaran filsafat ialah
logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis, salah.
Ukuran logis tidaknya terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan
(teori). Argumen menjadi kesatuan dengan konklusi, dan konklusi ini disebut
teori filsafat. Bobot teori filsa fat terletak pada kekuatan argumen, maka
diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran
konklusi ditentukan 100% oleh argumen.
3.
Pandangan secara Aksiologi
Nilai
timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan.
Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi
yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari
individu-individu. Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan
adalah menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan manusia.
4.
Pandangan dari Sudut Budaya
Kebudayaan
sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk dan manifestasinya, dikenal
sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah. Filsafat progresivisme menganggap bahwa pendidikan
telah mampu merubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan cultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia
menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern
(progresif). Manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk
mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis
manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju.
Kenyataan menunjukkan bahwa pada zaman purbakala manusia hidup di pohon-pohon
atau gua-gua. Hidupnya hanya bergantung dengan alam. Alamlah yang mengendalikan
manusia. Dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keingintahuan yang
terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat mengubah
alam menjadi sesuatu yang berguna. Alamlah yang dikendalikan oleh manusia.
Hidup manusia tidak lagi di pohon-pohon atau gua-gua, akan tetapi dengan
potensi akalnya manusia telah membangun gedung-gedung yang menjulang tinggi, rumah-rumah
mewah. Filsafat progresivisme yang memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-kemampuan
yang dapat memecahkan problematika hidupnya, telah mempengaruhi pendidikan, di
mana dengan pembaharuanpembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia
untuk maju (progress). Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka
semakin tinggi pula tingkat budaya dan peradaban manusia. Akibatnya anakanak tumbuh
menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat
yang komplek dan maju.
KESIMPULAN
Progresivisme
adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di
masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada
guru atau bidang muatan. Gerakan Progresivisme ini sangat berpengaruh dalam
pendidikan bangsa Amerika pada permulaan abad ke-20. Progresivisme memberikan
perlawanan terhadap formalisme yang berlebihan dan membosankan dari sekolah
atau pendidikan yang tradisional. Contoh: Progresivisme menolak pendidikan yang
bersifat otoriter, menolak penekanan atas disiplin yang keras, menolak
cara-cara belajar yang bersifat pasif, menolak konsep dan cara-cara pendidikan
yang hanya berperan untuk mentransfer kebudayaan mastarakat kepada generasi
muda, dan berbagai hal lainnya yang dipandang tidak berarti. Dari paparan
makalah diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan disekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi
terhadap pelaksanaan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau
bahan pelajaran (subjectcentered). Progresivisme menghendaki pendidikan yang
pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu
yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian kembali sesuai
dengan tuntutan dari lingkungan.
2.
Meskipun Progresivisme dianggap sebagai aliran pikiran yang baru muncul dengan jelas
pada pertengahan abad ke-19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik
jauh kebelakang sampai pada zaman Yunani purba yaitu melalui
pemikiran-pemikiran Hiraclitus, Socrates, Protagoras, dan Aristoteles. Kemudian
sejak aba abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel
dapat disebut sebagai penyumbang pikiran-pikiran munculnya aliran
Progresivisme. Sedangkan pada abad ke- 19 dan ke-20, tokoh-tokoh Progresivisme banyak
terdapat di Amerika Serikat diantaranya adalah Thomas Paine,Thomas Jefferson,
Charles S. Peirce.
3.
Progresivisme berpandangan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih
anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan
bekerja dengan otak dan hati. Mereka berupaya mengembangkan kurikulum dan
metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif
subjek didik. Metode pendidikan yang biasa mereka pergunakan diantaranya
adalah; Metode Pendidikan Aktif, Metode Memonitor Kegiatan Belajar, Metode
Penelitian Ilmiah, Pemerintahan Pelajar, Kerjasama Sekolah Dengan Keluarga, Sekolah
Sebagai Laboratorium Pembaharuan. Mereka menganut prinsip pendidikan perpusat
pada anak (child-centered). Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan
sebagai Motivator, Fasilitator, dan Konselor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar