السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Khutbah
Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَاَلَلّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
قاَلَ
اللهُ تَعَالىَ فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي
الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ
فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
Ibu-Ibu
Majlis Ta’lim rahimakumullah
Mari
kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang
sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang
oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya
sampai akhir zaman.
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi.
Misalnya dengan cara saling mengunjungi, saling memberi hadiah, atau dengan
pemberian yang lain. Sambunglah silaturahmi ini dengan berlemah lembut,
berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan dengan segala hal yang mudah
dikenal manusia dalam menyambung silaturahmi. Dengan silaturahmi, pahala yang
besar akan diperoleh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Silaturahmi
menyebabkan seorang hamba tidak akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan
akhirat.
Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim, dari Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ
وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ
فَأَعَادَهَا الرَجُلُ فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ
الصَلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَكَاةَ وَتَصِلَ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ
النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُهُ بِهِ دَخَلَ الجَنَّةَ
Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa
memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau
“Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itu
pun mengulangi perkataannya. Setelah itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu pun menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung
silaturahmi”. Setelah orang itu pergi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia
masuk surga”.
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya
(dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.”
(Muttafaqun ‘alaihi).Ibu- IbuMajlis Ta’lim Rahimukumullah,
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian
orang yang tidak mau menyambung silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila
kerabat itu mau menyambungnya. Jika demikian maka sebenarnya yang dilakukan
orang ini bukanlah silaturahim, tetapi hanya sebagai balasan. Karena setiap
orang yang berakal tentu berkeinginan untuk membalas setiap kebaikan yang telah
diberikan kepadanya, meskipun dari orang jauh.
Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi
dengan kerabat-kerabat kita, meskipun mereka memutuskannya. Sungguh, kita akan
mendapatkan balasan yang baik atas mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ
أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23).
Memutus tali silaturahmi yang paling besar yaitu
memutus hubungan dengan orang tua, kemudian dengan kerabat terdekat, dan
kerabat terdekat selanjutnya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ
الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ
بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” Beliau
menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”. Maka Beliau
bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Demikianlah, betapa beasr dosa seseorang yang
durhaka kepada orang tua. Dosa itu disebutkan setelah dosa syirik kepada Allah Ta’ala.
Termasuk perbuatan durhaka kepada kedua orang tua, yaitu tidak mau berbuat baik
kepada keduanya. Lebih parah lagi jika disertai dengan menyakiti dan memusuhi
keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Khutbah Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَاَلَلّهُمَّ صَلِّ وَسَلِمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
قاَلَ
اللهُ تَعَالىَ فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي
الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ
فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
Ada sebagian orang tidak suka melihat kedua orang
tuanya yang dulu pernah merawatnya kecuali dengan pandangan menghinakan. Dia
memuliakan istrinya, tetapi melecehkan ibunya. Dia berusaha mendekati
teman-temannya, akan tetapi menjauhi ayahnya. Apabila duduk dengan kedua orang
tuanya, seolah-olah ia sedang duduk di atas bara api. Dia merasa berat apabila
harus bersama kedua orang tuanya. Meski hanya sesaat bersama orang tua, tetapi
ia merasa begitu lama. Dia bertutur kata dengan keduanya, dengan rasa berat dan
malas. Sungguh jika bperbuatannya demikian, berarti ia telah mengharamkan bagi
dirinya kenikmatan berbakti kepada kedua orang tua dan balasannya yang terpuji.
Ada pula seseorang yang tidak mau memandang dan
menganggap sanak kerabatnya sebagai keluarga. Dia tidak mau bergaul dengan
karib kerabat dengan sikap yang sepantasnya diberikan kepada keluarga. Dia
tidak mau bertegur sapa dan melakukan perbuatan yang bisa menjalin silaturahmi.
Begitu pula, ia tidak mau menggunakan hartanya untuk hal itu. Sehingga ia dalam
keadaan serba kecukupan, sedangkan keluarganya dalam keadaan kekurangan. Dia
tidak mau menyambung hubungan dengan mereka. Padahal, terkadang sanak keluarga
itu termasuk orang-orang yang wajib ia nafkahi karena ketidakmampuannya dalam
berusaha, sedangkan ia mampu menafkahinya, tetapi tetap saja ia tidak mau
menafkahinya.
Para ulama mengatakan, setiap orang yang
mempunyai hubungan waris dengan orang lain, maka ia wajib untuk memberi nafkah
kepada mereka apabila orang lain itu membutuhkan atau lemah dalam mencari
penghasilan, sedangkan ia dalam keadaan mampu. Yaitu, sebagaimana dilakukan
seorang ayah untuk memberikan nafkah. Barangsiapa yang bakhil, maka ia berdosa
dan akan dihisab pada hari kiamat.
Ibu-Ibu Majlis
Ta’lim rahimakumullah,
Oleh karena itu, tetap sambungkanlah tali
silaturahmi. Berhati-hatilah dari memutuskannya. Masing-masing kita akan datang
menghadap Allah dengan membawa pahala, bagi orang yang menyambung silaturahmi.
Atau ia menghadap dengan membawa dosa, bagi orang yang memutus tali
silaturahmi. Marilah kita memohon ampun kepada Allah Ta’ala, karena
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ فَيَا قَاضى الْحَاجَاتِ
والسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar